Antara korupsi, Chain Reaction dan pasar otomotif roda dua terbesar di dunia

Berberapa waktu lalu gw sempet baca artikel di salah satu situs berita roda dua asing asphalt&rubber yaitu tentang “Kenapa tidak ada balap MotoGP di Indonesia dan korupsi akut di negeri tercinta ini”. Isi artikel dari penulis David Emmet ini memang harusnya membuka mata kita (tidak hanya biker tapi juga seluruh rakyat Indonesia)  bahwa korupsi di negeri tercinta ini udah sedemikian akut sehingga menghambat negeri ini untuk berkembang dalam banyak hal atau dalam hal ini berkembang menjadi negara penghelat salah satu gelaran balap motor roda dua di dunia. Di artikel tersebut dijelaskan berbagai harapan dan upaya dari kita sebagai biker Indonesia maupun pihak luar agar dapat menghelat MotoGP disini namun selalu terhalang tembok birokrasi yang rumit dan penuh korupsi.

Yang ane tangkap sebagai kesimpulan, ada semacam pertanyaan mengganjal yang tidak ditanyakan oleh orang-orang diluar sana, bagaimana bisa “negara kaya gini” bisa sedemikian penting di mata pabrikan roda dua dunia?

Well, di artikel ini ane coba jawab. Klo ane bisa simpulkan, semua dinamika kejayaan otomotif roda dua Indonesia adalah kombinasi negara yang besar dengan korupsinya yang besar lah yang membuat negara ini menjadi market otomotif roda dua yang besar. Lho kok bisa gitu?  Ya bisa aja, ini seperti sebuah Chain Reaction atas berbagai kejadian yang berawal dari penentuan pilihan yang menjadi satu kesatuan (nah lhoo bingung kan kata2 gw :D)

Ane kasih contoh: rakyat butuh pemimpin dan mereka memilih pemimpin mereka, pemimpin yang dipilih memilih untuk korupsi, korupsi yang dipilih misalnya korupsi pengadaan angkutan umum sehingga angkutan umum yang beredar sangat mengecewakan, konsumen angkutan umum tersebut dalam hal ini rakyat yang memilih tidak nyaman karena angkutan umumnya sering mogok akhirnya memilih menggunakan motor. Got it? Aktifitas bermotor adalah “hasil” dari tindakan korupsi, masih banyak contoh korupsi lain (baik dari pemimpin maupun dari rakyat senduri)  yang merangsang timbulnya hasil akhir untuk “lebih baik bawa motor sendiri” , seperti korupsi infrastruktur jalanan, korupsi uji emisi, korupsi beban maksimal berkendara, korupsi SIM dll

So baik suka atau tidak suka yang terjadi di negeri ini adalah Chain Reaction, sebab akibat juga, korupsi juga lah yang merangsang negara ini menjadi salah satu pasar roda dua terbesar di dunia.

Sebenernya masih banyak lagi faktor kenapa negara ini bisa menjadi negara pasar otomotif roda dua terbesar di dunia, seperti passion-nya, character-nya dll, namun dalam artikel ini ane mo bahas tentang korupsi aja.

So should we thanks them? 😀

Cuma analisa pribadi sih 🙂 maap kepanjangan

Standard

Leave a comment